Sabtu, 11 Maret 2017

Pengaduan Santri Kepada Sang Kyai




“KAGUMKU PADA SANTRIMU-KYAI-KU”
Yai,terus terang saya sangat kagum dengan para santri yai sekarang ini. Santri panjenengan  sekarang sudah sangat beda dengan santri jaman  dahulu.  Peradaban mereka sekarang  sudah semakin  maju, pola pikir mereka juga sudah semakin berpacu. Jika boleh tahu, suplemen tambahan apa yang panjenangan berikan pada makanan mereka yai? ataukah ada semacam metode “Nyantri kontemporer” yang baru panjenengan terapkan? Atau jangan-jangan ada “Doa dan Wirid” yang beda untuk santri-santri panjenengan yang sekarang ini? Sehingga,  jika dipaksa jujur, rasa-rasanya saya kok merasa amat sangat terpukau dengan para santri yai yang sekarang ini.
Bagaimana tidak yai,  Kini mereka sudah tak bisa dikata bodoh lagi. Santri panjenengan yang dulu-dulu tak punya waktu selain bergelut dengan ilmu, karena mereka memang merasa kurang tahu dan atau untuk sekedar memperdalam sesuatu yang ia baru tahu, sehingga terkesan bodoh nan dungu. Santri sekarang kok kiranya kurang sebegitu mau tahu dengan semua itu Yai,.... mereka lebih seru dengan bermain yang kurang bermutu, canda tawa atau sekedar bergurau. Husnudzon saya, jangan-jangan  mereka sudah mencapai maqom yang orang sebagai sosok PINTAR, sehingga tak perlu lagi apa itu yang namanya belajar...nopo leres ngoten nggeh yai?
Yai, Santri panjenengan juga sudah lebih berpengalaman di lapangan. Saya yakin, pelajaran mereka belum sampai “Babul Qordli” (bab hutang piutang)...tapi tahukah anda Yai...mereka dalam prakteknya lebih afqoh dan lebih handal. Buktinya banyak warung yang saya jumpai, tak sedikit nama-nama mereka yang tercantum dalam “Buku Besar” pemilik warung...lengkap dengan nominal rupiah yang mungkin akan membuat wali santri menjadi resah. Subhaanalloh banget kan yai? Mereka dapat melampaui kemampuan standar dari santri dulu. Apa ini yang dimaksud ilmu laduni ya yai?
Yai, panjenengan juga patut banyak bersyukur karena punya santri-santri yang saya rasa “selangkah lebih maju”. Walau secara penampilan ada yang terkesan belum cukup umur, tapi ternyata mereka sudah tak ada yang kecil lagi yai, tak ada lagi yang cengeng, tak ada lagi yang manja, semua sudah berjiwa dewasa. Buktinya, mereka semua sudah kenal apa itu cinta, bahkan apa itu asmara mereka sudah hafal dan faham diluar kepala. Muhafadzoh mereka bukan lagi tentang “Al Kalamu Huwallafdhu” melainkan sudah bergeser pada “Fashlun Fi Bayani I Love You & I Miss You”. Memang benar-benar hebat kan santri panjenengan yai? Tambah salut rasanya saya pada mereka. Jadi, kelak panjenengan ndak usah repot-repot memaknai gandul “Ana Uhibbiki atau Qolby Syauqun Laki” karena insya allah mereka sudah laduni dengan hal ini, kirang langkung ngoten yai.
Yai, ternyata santri-santri panjenengan juga sangat ahli dalam  “Rukyah dan Hisab”,  Hanya saja mungkin sedikit beda perspektif dalam dua hal tadi. Kaitannya dengan Rukyah... mungkin mereka terobsesi dengan hadis nabi “Innallaaha Jamiil Yuhibbul Jamal” (sesungguhnya Allah Dzat yang indah, dan suka dengan yang indah-indah). Sehingga jika ada wanita cantik sedang lewat...dengan khusyu’ tanpa berkedip mereka memandanginya, seraya berkata “Ma Syaa Allah La Quwwata Illa Billaah”. Suhaanalloh bangetkan yai santri panjenengan? Mubadzir kiranya  jika ada pemandangan indah terlewatkan begitu saja, toh mungkin juga seagai bukti mereka untuk bersyukur dengan karunia mata yang begitu dahsyatnya...”Fabiayyi Alaaairobbikuma Tukadzzibaan”... begitu kiranya yai…
Sedangkan dalam hal Hisab, saya yakin mereka lebih Alim soal ini. Walaupun MUI sudah memfatwakan rokok haram, tapi mereka amat sanagt tahu kalau fatwa ini bukan bersifat mengikat. Jadi, asalkan rokok masih terasa nikmat, ya sikat. Masalah fatwa mah, bodoh amat egitu penafsiran priadi saya kira-kira yai.kalau oleh menamahkan yai,  Rasanya ada nilai plus dalam urusan “Hisab” di pesantren panjenengan ini yai.... banyak para santri usia 11+  yang terkesan sudah mahir dalam bidang ini, tentu ini menjadi prestasi yang patut di acungi jempol kan yai?. Mereka sudah terlihat “Malakah” dalam urusan hisab ini yai. Ini terlihat dari cara mereka memegang , gaya nyedot mereka, serta trik-trik dan gaya menyemprotkan asapnya, begitu lihai dan sempurna. Atau jangan-jangan  mereka sudah pernah ikut pelatihan” Tafaqquh Bilhisaab”  bersama komunitas "Warka’u Maarrookiin" yai? perlu di apresiasi rasa-rasanya yai.
Bahkan beberapa senior dari “Fashoihurrokiin” sempat membuat syair tentang rokok. Kalaupun tidak salah tebak kemungkinan menggunakan Bahar Rojaz yai, begini syairnya :
بِجَارُوْمٍ اَوْ سُكُوْنٍ اَوْ سُوْرِيَا
يَنْبَغِي بَعْدَ اَكْلٍ اَنْ تُرَقَّعَ
Dengan rokok jarum atau suskun atau surya
Setelahmakan seaiknya engkau merokok
فَتَخْتَلِطْ بِاَثَارِ الْقَهْوَةِ
وَاِنْ تُرِيدْ زِيَادَةَ اللَّذّاَتِ
Maka lilitkan padanya dengan “lethek” kopi
Jika engkau ingin bertamah nikmat lagi

Yai, Hal lain yang membanggakan bagi saya,yakni santri panjenengan sekarang juga sudah tak lagi terkesan kumuh, kotor dan kampungan seperti dulu yai. Jika dulu, mereka memakai songkok dengan gaya sedikit miring, toh karena terlalu lama dipakai sampai berwarna kuning, serta sarung yang ngepir dan rambut kurang rapi karena jarang disisir. Tapi kini rasanya itu semua sudah tak ada lagi yai, Pakaian mereka sekarang serba mewah,  malahan ada sebagian santri panjenengan ketika keluar pakaiannya atas bawah harus serasi supaya terlihat rapi yai, juga tak lupa semprotkan minyak wangi supaya lebih percaya diri, kemajuan banget kan yai? Santri dulu banyak yang malas mencuci sendiri,sekarang  masalah itu tak ada lagi yai, karena sudah pada pindah kiblat ke laundry.
Yang lebih mencengangkan lagi yai, mereka  berlumba-lumba mengenakan pakaian yang mahalnya tak karu-karuan hanya menuruti trend gengsi yang berlebihan....walau terkadang uang syahriyah dan kos makan sekali kali menjadi korban. Kreatif banget kan yai? mungkin karena mengamalkan jargon “Fastabiqul Khoiroot” (berlumba lumba dalam kebaikan), karena “Katanya” yang lebih mahal lebih baik...begitu kira-kira yai.
Selain itu semua, masih banyak hal-hal yang saya kagumi pada santri-santri yai, semisal mereka juga lebih tawadu', sehingga ketika mereka sekolah dan mendapat nilai jelek, mereka Cuwek dan tidak ada greget untuk menjadi lebih baik dengan membenahi nilai.... hemat saya... mungkin karena mereka memang ikhlas...dan hawatir jika mendapat nilai baik terus akhirnya takabur. Mereka juga lebih santun, sehingga tak tega jika harus mendahului teman-temannya ketika berangkat sekolah maupun jamaah, sehingga memilih untuk berangkat telat. Ketika ro’an bersih bersiah atau piket kebersiahn, mereka mengalah, karena takut jika terkesan merebut pekerjaan teman mereka. Terahir, mereka juga tidak lagi gaptek, buktinya  mutola’ah mereka sudah jarang memahas masail diniyah, melainkan lebih sibuk dengan mutolaah faceook, twitter, whatsapp, youtube dan instagram serta part. Memang santri panjenengan subhanallah yai,,,sekali lagi….masya allah….

elmaelbougry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar