Yai,terus terang saya sangat kagum
dengan para santri yai sekarang ini. Santri panjenengan sekarang sudah sangat beda dengan santri jaman
dahulu. Peradaban mereka sekarang sudah semakin maju, pola pikir mereka juga sudah semakin berpacu.
Jika boleh tahu, suplemen tambahan apa yang panjenangan berikan pada makanan mereka yai? ataukah ada semacam metode “Nyantri
kontemporer” yang baru panjenengan terapkan? Atau jangan-jangan ada “Doa dan Wirid”
yang beda untuk santri-santri panjenengan yang sekarang ini? Sehingga, jika dipaksa jujur, rasa-rasanya saya kok
merasa amat sangat terpukau dengan para santri yai yang sekarang ini.
Bagaimana tidak yai, Kini mereka sudah tak bisa dikata bodoh lagi.
Santri panjenengan yang dulu-dulu tak punya waktu selain bergelut dengan ilmu, karena
mereka memang merasa kurang tahu dan atau untuk sekedar memperdalam sesuatu
yang ia baru tahu, sehingga terkesan bodoh nan dungu. Santri sekarang kok
kiranya kurang sebegitu mau tahu dengan semua itu Yai,.... mereka lebih seru
dengan bermain yang kurang bermutu, canda tawa atau sekedar bergurau. Husnudzon
saya, jangan-jangan mereka sudah mencapai
maqom yang orang sebagai sosok PINTAR, sehingga tak perlu lagi apa itu yang
namanya belajar...nopo leres ngoten nggeh yai?
Yai, Santri panjenengan juga sudah
lebih berpengalaman di lapangan. Saya yakin, pelajaran mereka belum sampai “Babul
Qordli” (bab hutang piutang)...tapi tahukah anda Yai...mereka dalam prakteknya
lebih afqoh dan lebih handal. Buktinya banyak warung yang saya jumpai, tak
sedikit nama-nama mereka yang tercantum dalam “Buku Besar” pemilik
warung...lengkap dengan nominal rupiah yang mungkin akan membuat wali santri menjadi
resah. Subhaanalloh banget kan yai? Mereka dapat melampaui kemampuan standar dari santri dulu. Apa ini yang dimaksud ilmu laduni ya yai?
Yai, panjenengan juga patut banyak bersyukur
karena punya santri-santri yang saya rasa “selangkah lebih maju”. Walau
secara penampilan ada yang terkesan belum cukup
umur, tapi ternyata mereka sudah tak ada yang kecil lagi yai, tak ada lagi yang
cengeng, tak ada lagi yang manja, semua sudah berjiwa dewasa. Buktinya, mereka semua
sudah kenal apa itu cinta, bahkan apa itu asmara mereka sudah hafal dan faham
diluar kepala. Muhafadzoh mereka bukan lagi tentang “Al Kalamu Huwallafdhu” melainkan
sudah bergeser pada “Fashlun Fi Bayani I Love You & I Miss You”. Memang benar-benar
hebat kan
santri panjenengan yai? Tambah salut rasanya saya pada mereka. Jadi, kelak panjenengan ndak usah repot-repot memaknai gandul “Ana
Uhibbiki atau Qolby Syauqun Laki” karena insya allah mereka sudah laduni dengan
hal ini, kirang langkung ngoten yai.
Yai, ternyata santri-santri
panjenengan juga sangat ahli dalam “Rukyah
dan Hisab”, Hanya saja mungkin sedikit
beda perspektif dalam dua hal tadi. Kaitannya dengan
Rukyah... mungkin mereka terobsesi dengan hadis nabi “Innallaaha Jamiil
Yuhibbul Jamal” (sesungguhnya Allah Dzat yang indah, dan suka dengan yang
indah-indah). Sehingga jika ada wanita cantik sedang lewat...dengan khusyu’
tanpa berkedip mereka memandanginya, seraya berkata “Ma Syaa Allah La Quwwata
Illa Billaah”. Suhaanalloh bangetkan yai santri panjenengan? Mubadzir kiranya jika ada pemandangan indah terlewatkan begitu
saja, toh mungkin juga seagai bukti mereka untuk bersyukur dengan karunia mata
yang begitu dahsyatnya...”Fabiayyi Alaaairobbikuma Tukadzzibaan”... begitu
kiranya yai…
Sedangkan dalam hal Hisab, saya
yakin mereka lebih Alim soal ini. Walaupun MUI sudah memfatwakan rokok haram, tapi
mereka amat sanagt tahu kalau
fatwa ini bukan bersifat mengikat. Jadi, asalkan rokok masih terasa nikmat, ya
sikat. Masalah fatwa mah, bodoh amat egitu penafsiran priadi saya kira-kira
yai.kalau oleh menamahkan yai, Rasanya ada
nilai plus dalam urusan “Hisab” di pesantren panjenengan ini yai.... banyak
para santri usia 11+ yang terkesan sudah
mahir dalam bidang ini, tentu ini menjadi prestasi yang patut di acungi jempol kan yai?. Mereka
sudah terlihat “Malakah” dalam urusan hisab ini yai. Ini terlihat dari cara mereka memegang , gaya nyedot mereka, serta
trik-trik dan gaya menyemprotkan
asapnya, begitu lihai dan sempurna. Atau jangan-jangan mereka sudah pernah ikut pelatihan” Tafaqquh
Bilhisaab” bersama komunitas "Warka’u
Maarrookiin" yai? perlu di apresiasi rasa-rasanya yai.
Bahkan beberapa senior dari “Fashoihurrokiin”
sempat membuat syair tentang rokok. Kalaupun tidak salah tebak kemungkinan
menggunakan Bahar Rojaz yai, begini syairnya :
بِجَارُوْمٍ
اَوْ سُكُوْنٍ اَوْ سُوْرِيَا
|
يَنْبَغِي بَعْدَ اَكْلٍ اَنْ تُرَقَّعَ
|
Dengan rokok jarum atau suskun atau surya
|
Setelahmakan seaiknya engkau
merokok
|
فَتَخْتَلِطْ
بِاَثَارِ الْقَهْوَةِ
|
وَاِنْ تُرِيدْ زِيَادَةَ اللَّذّاَتِ
|
Maka lilitkan padanya dengan “lethek” kopi
|
Jika engkau ingin bertamah nikmat lagi
|
Yai, Hal lain yang membanggakan bagi
saya,yakni santri panjenengan sekarang juga sudah
tak lagi terkesan kumuh, kotor dan kampungan seperti dulu yai. Jika dulu,
mereka memakai songkok dengan gaya sedikit miring, toh karena terlalu lama
dipakai sampai berwarna kuning, serta sarung yang ngepir dan rambut kurang rapi
karena jarang disisir. Tapi kini rasanya itu semua sudah tak ada lagi yai, Pakaian
mereka sekarang serba mewah, malahan ada
sebagian santri panjenengan ketika keluar pakaiannya atas bawah harus serasi
supaya terlihat rapi yai, juga tak lupa semprotkan minyak wangi supaya lebih
percaya diri, kemajuan banget kan yai? Santri dulu banyak yang malas mencuci sendiri,sekarang masalah itu tak ada lagi
yai, karena sudah pada pindah kiblat ke laundry.
Yang lebih mencengangkan lagi yai, mereka
berlumba-lumba mengenakan pakaian yang
mahalnya tak karu-karuan hanya menuruti trend gengsi yang berlebihan....walau
terkadang uang syahriyah dan kos makan sekali kali menjadi korban. Kreatif
banget kan yai? mungkin karena mengamalkan jargon “Fastabiqul Khoiroot” (berlumba
lumba dalam kebaikan), karena “Katanya” yang lebih mahal lebih baik...begitu
kira-kira yai.
Selain itu semua, masih banyak
hal-hal yang saya kagumi pada santri-santri yai, semisal mereka juga lebih
tawadu', sehingga ketika mereka sekolah dan mendapat nilai jelek, mereka Cuwek
dan tidak ada greget untuk menjadi lebih baik dengan membenahi nilai.... hemat
saya... mungkin karena mereka memang ikhlas...dan hawatir jika mendapat nilai
baik terus akhirnya takabur. Mereka juga lebih santun, sehingga tak tega jika
harus mendahului teman-temannya ketika berangkat sekolah maupun jamaah,
sehingga memilih untuk berangkat telat. Ketika ro’an bersih bersiah atau piket
kebersiahn, mereka mengalah, karena takut jika terkesan merebut pekerjaan teman
mereka. Terahir, mereka juga tidak lagi gaptek, buktinya mutola’ah mereka sudah jarang memahas masail
diniyah, melainkan lebih sibuk dengan mutolaah faceook, twitter, whatsapp, youtube
dan instagram serta part. Memang santri panjenengan subhanallah yai,,,sekali
lagi….masya allah….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar