Celathu Seekor Burung
Sudah belasan tahun yang lalu burung itu di masukan dalam sangkar. pertama kali ia masuk, walau sedikit berat terasa ia menjalaninya dengan apa adanya dan berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Berkali kali ia berpindah sangkar, berpindah tangan dari satu majikan ke majikan lain pula. Lama kelamaan iapun kerasan dengan suasana yang ada.
Akan tetapi, Entah kenapa, semakin waktu bertambah, kini ini ia merasa bosan dengan rutinitas yang ada. Setiap pagi ia harus mengoceh riang setiap sang majikan memanggil dan memerintahnya untuk bernyanyi. Sesekali harus dipaksa mandi walau dingin menghantui. Tidak peduli ketika sedih ataupun senang, mata ngantuk ataupun terang, ketika lapar atupun kenyang, walau pun setiap hari maknan sudah selalu terhidang. Sering kali ia menangis dalam hati, walau mulut terlihat riang bernyanyi.
Alam sadarnya mungkin hampir hilang, karena terlalu lama memendam perasaan bosan, Seakan ia ingin terbang lepas di alam liar di luar sangkarnya. Menghirup udara segar dan menyaksikan hingar bingar dunia luar. Ia bingung harus mengadu pada siapa, mencurahkan isi hati yang selama ini ia tutupi. Seakan akan ia telah lupa jika punya tuhan. Dalam gelimang kebingungannya dalam malam yang kelam...terlintas dalam benaknya untuk munajat, seketika ia bergegas mengambil air wudlu dan mengambil baju koko dan sarungnya, tak lupa songkok hitam ia kenakan lalu menggelar sajadahnya.
Setelah berdiri dua raka'at' ia pun tak kunjung bangun dari sujud panjangnya...ia berbisik dalam hati :
" tuhan...engkau maha mengetahui apa yang ada dalam hati hambamu ini..dan mengetahui yang terbaik baginya" seketika menetes air mata dari kedua mata burung yang malang ini.
"Tuhan...sungguh rasanya q tak kuat lagi berada dalam penjara ini, aku tak sanggup bila harus berdiam terus menerus disini...walau q sudah berusaha untuk bertahan..tapi rasanya benak ini sudah tak kuat lagi, tak kuat menahan jenuhnya rutinitas sehari. Aku sudah bosan berkicau, aku bosan dengan tugas yang terkadang ku jalani dengan setengah hati, harus sampai kapan q mendekam di kerangkeng sempit yang penuh kejenuhan ini. Aku ingin keluar dari tempurung ini, aku ingin terbang bebas di alam luar sana. Tolong q tuhan...keluarkan q dari sini, bebaskan diriku dari perangkap ini".
Tiba tiba ada suara berdengung memecah keheningan malam itu, "Berlatihlah untuk menerima kenyataan, jadilah burung yang Qona'ah, tak taukah engkau, jika keberadaanmu di dalam sangkar, keseharianmu berlatih berkicau, serta kesibukan tugas harianmu yang terkadang kau anggap beban bagimu, merupakan kelebihan bagimu, yang tak banyak dari sejenismu di luar sana memiliki kelebihan itu, bahkan hal itulah yang menjadikan dirimu lebih MAHAL dari yang lainnya.
Bersabarlah, semua akan indah ketika waktunya, nantilah massa dimana engkau telah mempunyai suara emas, terjun dalam perlombaan berkicau dan menjadi sang juara. Itulah yang seharusnya kau renungkan. Belum tentu apa yang kau inginkan dan kau anggap baik, lebih baik pula bagi dirimu, sebaliknya apa yang kau anggap jelek, berat, dan membosankan, terkadang itulah yang terbaik bagimu, ingat tuhanmu lebih tahu yang terbaik bagimu, jalani proses yang ada dengan sebaik baik mungkin untuk menyingsing hari esok. Jangan pernah mengeluh, karena mengeluh merupakan simbol berontak dengan kehendak tuhan. Jalani hari harimu dengan langkah sepenuh hati, dan yakinlah akan datang hari bahagia kelak nanti. Renungkanlah.