Kewajiban-Kewajiban Orang Mukmin
(Catatan Pribadi Ngaji Malam Selasa 11/02/2019)
Ada sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Turmudzi RA, yang diceritakan oleh Abi Dzar al-Ghifari dan Muadz bin Jabal :
عن أبي ذر ومعاذ بن جبل أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: (اتق الله حيثما كنت واتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن) رواه الترمذي
Artinya, "Takutlah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, ikutilah perbuatan yang buruk dengan perbuatan yang baik, niscaya perbuatan yang baik akan menghapus perbuatan yang buruk, dan kepada sesama manusia hendaknya kamu menggunakan akhlaq yang baik.
Dalam hadist ini ada tiga kewajiban orang mukmin yaitu (1) "Haqu Allahi ta'ala" atau kewajiban hamba kepada Allah SWT yaitu takwa kepada Allah dalam lafadz "Itaqillah khaisumma kunta". (2) "Haqu al-mukalaf" atau kewajiban hamba terhadap dirinya sendiri, dan (3) "Haqu al ibad" atau kewajiban hamba kepada orang lain.
1. Kewajiban Hamba kepada Allah SWT
Kewajiban seorang hamba kepada Allah yang dimaksud dalam hadist ini adalah lafadz "Itaqillaha khaisumma kunta" atau "Takutlah Kamu kepada Allah dimanapun Kamu berada". Berkaitan dengan takwa ini, ada ayat yang mashur dan fenomenal yaitu :
"وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ"
Artinya : Barangsiapa takut kepada Allah, maka Allah akan memberi jalan keluar, dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Ayat ini turun berkenaan dengan cerita salah seorang sahabat Nabi yaitu Auf bin Malik al-Asja'i yang oleh Allah diberi tiga ujian yang sangat berat. Ujian dari Allah yang pertama bagi Auf bin Malik al-Asja'i ini adalah melarat. Ujian berupa mlarat adalah seberat-berat ujian sampai Nabi bersabda :
"كاد الفقر يكون كفرا"
Artinya, "Hampir saja, kefakiran itu menjadikan kekufuran".
Saking beratnya ujian mlarat yang berani berdoa menjadi orang mlarat hanya Nabi Muhammad yaitu :
"اللهم أحيني مسكينًا وأمتني مسكينًا"
Artinya: "Ya Allah jadikan hidupku mlarat sampai mati dalam keadaan mlarat"
Doa itu berbeda dengan kebanyakan doa yang dipanjatkan orang. Kebanyankan pasti meminta rizki yang lancar, barakah dan banyak. Oleh karena itu, Nabi memberi nasihat kepada orang miskin bahwa mutiara orang yang miskin adalah ridla, apabila ridla doanya mustajabah. Dalam keterangan lain Nabi berkata "Qiyamut dunya arbaatin", yang salah satunya adalah doa orang miskin. Itulah sebabya KH. Abdul Djalil bin Mustaqim dawuh, "Nek due acara opo-opo ojo tinggal wong fakir" atau "Bila punya acara apapun, jangan lupa dengan orang Fakir". Oleh karena itu, sudah jadi tradisi di sini (Bumi Damai Al-Muhibbin Bahrul Ulum Tambakberas) setiap acara Rojabiyah ada acara santunan fakir miskin.
Seingat saya, (KH. Mohammad Idris Djamaluddin), KH. Abdul Djalil bin Mustaqim mantu yang diramaikan hanya satu kali tapi langsung tiga. Acaranya diramaikan di gedung pertemuan tapi walaupun di gedung pertemuan, di depan gedung ada beberapa mobil box yang berisi nasi untuk membagikan makanan kepada orang fakir miskin yang lewat di gedung tersebut. Itulah contoh dawuh Beliau "Ojo dilalekne wong Fakir", karena orang Fakir doanya Mustajabah.
Nah, Auf bin Malik al-Asja'i ini, diberi ujian mlarat, tidak hanya mlarat tapi ujian yang kedua adalah istrinya sakit (keterangan dari KH. Mohammad Djamaluddin Ahmad sakit jantung). Gabungan ujian sakit dan mlarat adalah gabungan ujian yang sangat tidak enak. Kalau ada orang mlarat tapi sehat, itu adalah nikmat yang besar lebih mendingan daripada kaya tapi sakit-sakitan. Kalau kaya tapi sakit-sakitan masih ada harapan untuk mencari pengobatan seperti ke Malaysia, Singapura atau China.
Seperti dulu ketika saya (KH. Mohammad Idris Djamalauddin) masih mondok membaca artikel bahwa yang punya Jawa Pos, Dahlan Iskan, Beliau pernah menulis artikel bersambung ketika mengidap kangker sorosis kemudian dioperasi ganti liver di China, pada saat itu menghabiskan biaya 3 Milyar. Nah ini kalau kaya sakit-sakitan. Seperti Milyader pengusaha kapal dan minyak Setiawan Jodi, punya sakit kanker sirosis, periksa di China habis 10 Milyar. Tidak masalah karena kaya. Yang berat adalah apabila mlarat dan sakit dikumpulkan jadi satu. Kalau sekarang ada BPJS sebenarnya adalah untuk menghindari dua perkara itu berkumpul. Sampai ada pepatah joke, "Miskin jangan sakit!".
Selain mlarat dan istrinya sakit-sakitan, Auf bin Malik memiliki satu anak yang bernama Salim yang kira-kira umur 7-10 Tahunan dan belum baligh. Ketika Salim sedang bermain, Salim diculik oleh seseorang. Lengkaplah penderitaan dari Auf bin Malik, mlarat, punya istri sakit-sakitan, anak satu-satunya diculik orang. Akhirnya Auf bin Malik sowan kepada Nabi Muhammad, Nabi dawuh:
"يا عوف اتق واصبر وَأكْثر لَا حول وَلَا قُوَّة إِلَّا بِاللَّه الْعلي الْعَظِيم"
Artinya, "Ya Auf, takutlah kamu kepada Allah, bersabarlah dan perbanyak membaca la khaulaquawata....".
Pertama, nasihat nabi kepada Auf bin Malik yang terkena musibah adalah wasiat takwa kepada Allah. Karena apabila tidak takwa, pasti akan mencari solusi yang tidak benar. Mencari teman yang kliru dan pelampiasan yang tidak benar. Kalau takwa kepada Allah akan menjadi rajin ke masjid, mengikuti majelis taklim dan ngaji.
Nasihat Nabi yang kedua kepada Auf bin Malik adalah sabar. Arti dari sabat adalah aktif, dan tidak pasif. Tipis sekali perbedaan antara orang yang sabar dan orang yang putus asa, tipis sekali perbedaan antara orang tawakal dengan orang sabar. Orang yang sabar usahanya tidak putus-putus tapi untuk urusan hasil dipasrahkan kepada Allah SWT.
Contoh sabar dengan usaha tidak putus-putus seperti Kiai Abdul Djalil Mustaqim, sekelas Mursid yang Kamil Mukamil, ketika beliau menderita sakit jantung, Beliau "kerso" operasi di Surabaya. Bahkan pada saat itu ada metode operasi baru dari Jerman, Kiai Djalil "kerso" menjadi percobaan dari metode operasi baru tersebut, dengan tanda tangan tidak akan menuntut jika terjadi sesuatu. Kenapa Beliau "kerso"?. Karena apabila metode itu berhasil, yang beliau lakukan menjadi sumbangan kemanusiaan.
Begitulah Kiai Djlail, walaupun telah menjadi "mursid kamil mukamil" beliau tetap ikhtiar. Padahal pada lain kesempatan Beliau pernah menyampaikan kepada Kiai Maskun, "Aku iki wegah Kun, urip sue-sue, wegah ngeramut awak" atau (Aku malas kalau hidup berlama-lama, malas merawat fisik). Walaupun dawuh Beliau seperti itu, beliau tetap berikhtiar secara lahir dengan melakukan operasi di Surabaya. Sampai ada metode baru, penanganan sakit jantung beliau mau menjadi percobaan dan tanda tangan tidak akan menuntut apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Kiai sepuh seperti Mbah Kiai Husain yang umurnya telah mencapai 90 tahun pun "kerso" dioperasi, bahkan beliau dawuh, "Kulo purun dioperasi, tapi kulo emoh dibius total". Jadi ketika beliau dioperasi, beliau masih sadar dan masih bisa ngobrol dengan dokternya. Inilah contoh bahwa sabar adalah aktif bukan pasif.
Apabila ada orang bermasalah dalam perekonomian lalu berkata, "Kita diuji seperti ini bersabar sajalah, seperti apa yang dikatakan dalam ngaji-ngaji bahwa rizki tidak akan keliru "Inna rizqa yathlubu al abda, kama yathlubu ajaluh" bahwa rizki itu akan mencari seserorang seperti halnya kematian". Pernyataan ini benar tapi berupaya, berusaha dan berikhtiar adalah kewajiban bagi setiap manusia. Inilah contoh sabar itu aktif dan tidak pasif, oleh karena itu, berbeda orang sabar dan orang putus asa. Tapi ada juga orang yang sudah berusaha tapi tidak sabar sampai protes kepada Allah. Mbah Kiai Maskun pernah bercerita bahwa beliau berobat dan sudah menelan biaya yang banyak. Tapi beliau tetap berikhtiar.
3. وَأكْثر لَا حول وَلَا قُوَّة إِلَّا بِاللَّه الْعلي الْعَظِيم
Memperbanyak membaca la khaula wa la quawata illa billahil aliyil adhim
Kemudian Auf pulang mengajak istrinya melakukan tiga perkara tersebut yaitu itaqillah, sabar dan memperbanyak membaca la khaula wala quwata ilabilahil aliyil adhim. Sehingga dia selalu berikhtiar kesana kemari mencari anaknya, juga mencarikan pengobatan untuk istrinya. Ditambah setiap malam membaca La khaula wa la quwata..." dengan sabar dan istiqomah.
Seperti Abah Yai yang juga sabar, telaten, dan istiqomah. Saking sabarnya terkadang ketika beliau sakit dan diberi apapun dari temunya seperti obat-obatan tetap beliau minum, walaupun belum tahu khasiatnya. Kalau ditanya, "Kok diminum to Bah, kan belum tahu khasiatnya?". Beliau menjawab, "Idkholus surur, membahagiakan orang yang memberi".
Akhirnya, di tengah malam, Auf dan istrinya mendengar suara berisik di luar rumah. Ketika dilihat ternyata Salim, putra dari Auf datang. Saking bahagianya mereka saling berpelukan, dan Salim membawa banyak kambing. Ditanya oleh Auf, "Salim, bagaimana Kamu bisa tiba-tiba pulang dengan membawa banyak kambing?". Salim menjawab, "Saya diculik orang musrik Pak, tujuannya agar saya jadi budaknya untuk menggembalakan kambingnya, untungnya Pak, orang musrik yang menculik saya ini, suka mabuk-mabukan, nah ketika dia mabuk, kambingnya saya giring kemari".
Lalu Auf berkata kepada Salim, "Itaqilaha, nanti dulu, kambing ini adalah kambing curian, kita tanyakan dulu ke Kanjeng Nabi. Kemudian Auf bin Malik sowan kepada Nabi. Ternyata Nabi telah mendapat informasi tentang Auf dari Malaikat Jibril, dengan membawa ayat :
"وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ"
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah akan diberi jalan keluar dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Nabi berkata, "Auf, karena kamu bertaqwa, ketika anakmu hilang, kamu diberikan jalan keluar oleh Allah, lalu Allah memberikamu rizki dari arah yang tidaj disangka-sangka, kambing-kambing itu semua milikmu, karena sekarang adalah musim perang antara kita dan orang musrik, maka peraturan perang lah yang berlaku, dalam peraturan perang, barang yang dirampas menjadi ghanimah dan hal itu halal". Auf bertanya, "Siapa yang berhak atas ghanimah?". Nabi menjawab, "Ya, orang yang mengambil, dalam hal ini adalah anakmu (Salim), oleh karena itu, kambing-kambing itu telah menjadi milikmu". Bukti bahwa orang yang bertaqwa kepada Allah diberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Di dalam kitab "Najalisus Tsaniyah", ada cerita tentang kefenomenalan ayat tersebut apabila dibaca. Pada suatu ketika ada satu kaum yang sedang menaiki perahu. Tiba-tiba ada keanehan, mereka yang berada di perahu melihat seseorang yang berjalan di atas air dan mengimbangi kecepatan perahu tersebut. Karena ada hal yang aneh, semua yang berada di kapal melihat ke arah orang tersebut.
Kemudian orang yang berjalan di atas berkata, "Siapa, yang mau memberiku seribu dinar, maka akan aku ganti dengan satu kalimat". Uang satu dinar setara dengan 4,25 gram emas. Para penumpang kapal tidak mau karena uang 1.000 Dinar hanya untuk satu kalimat.
Tapi diantara orang-orang itu ternyata ada yang mau menukar uang 1.000 dinarnya dengan satu kalimat tersebut. Orang tersebut berpikir bahwa, orang yang menawarkannya satu kalimat tersebut adalah orang yang aneh dan luar biasa, pasti yang akan diberikan juga kalimat yang aneh dan luar biasa. Kemudian orang yang mau menukar seribu dinar dengan satu kalimat tersebut berkata, "Ini uang seribu dinar, terimalah!". Dengan menyodoran satu kantong uang. Orang yang berjalan di atas air berkata, "Lemparkan, lemparkan uang itu ke laut". Ternyata uangnya tidak untuk diambil, tapi diperintahkan untuk membuang ke laut.
Lalu orang berjalan di atas air berkata, "Ini hafalkan dan peganglah". Orang yang menukarkan uangnya berkata, "Apa itu?". Orang yang berjalan di atas air berkata, "Wa man yataqilahaa....". Teman-teman satu kapal meneriaki kepada orang yang berjalan di air, "Huiiiiiiiii, kalau kalimatnya hanya itu Kami juga hafal!". Padahal yang menjadikan kalimat itu berbeda adalah mahar yang diberikan kepada orang yang berjalan di atas air.
Oleh orang yang telah menukarkan uang seribu dinarnya, ayat ini selalu dibaca. Terus menerus dan berulang-ulang. Diwaktu kemudian ada badai yang menerjang kapal tersebut, seluruh penumpang kapal tenggelam, ada yang ingin mengamalkan ayat "wa man yataqillaha", tapi tidak bisa, karena tidak ada maharnya. Hanya satu orang yang tetap mengamalkan ayat tersebut, lalu dia mengambil papan yang mengapung hingga selamat dan terdampar di sebuah pulau terpencil.
Anehnya, di pulau terpencil itu, ada seorang perempuan muda yang cantik. Ketika dilihat kakinya masih berpijak di tanah dan punggungnya tidak bolong, akhirnya ditanya oleh laki-laki itu, "Kamu siapa, kok bisa di sini?". Perempuan cantik itu menjawab, "Aku ini seperti Kamu Mas, dulunya saya naik kapal, kapalku pecah, lalu menaiki papan yang mengapung dan sampailah aku di sini".
Kemudian perempuan itu bercerita, "Mas, di sini ini saya takut, karena ada jinnya, jin itu setiap hari datang untuk merayuku agar mau jadi istrinya". Laki-laki bertanya, "Apa bisa Mbak, manusia kawin dengan Jin?". Perempuannya jawab, "Bisa Mas!".
Ada cerita dulu di Tambakberas ada anak santri yang kawin dengan jin. Malah Kiai Mustofa Bisri pernah bercerita ketika Beliau sambang santrinya yang mondok di Saudi. Di sana ternyata santrinya telah memiliki istri dari bangsa jin. Nah, anak pondok yang enggak ndang-ndang menikah itu seprtinya masih menunggu Jin, karena Jin itu kalau cantik, ya cantik sekali.
Nah, perempuan yang terdampar di pulau tersebut setiap hari didatangi jin untuk dinikahi. Untungnya Allah memberi pertolongan kepada perempuan ini bahwa jin ini tidak bisa menyentuhnya. Sebaliknya perempuan tersebut juga tidak bisa pergi kemana-kemana, karena telah terdampar di pulau tersebut. Akhirnya, laki-laki yang terdampar berkata, "Mbak, bisa tidak kamu mengatur supaya ketika jin itu datang menemuimu, saya tetap bisa melihat dia, tapi dia tidak bisa melihat saya?". Perempuan menjawab, "Bisa Mas!".
Kemudian disaat-saat menjelang kedatangan jin, laki-laki itu disembunyikan di sebuah gua kecil. Perempuan itu berkata, "Anda bersembunyilah di sini, biasanya waktu-waktu seperti ini, jinnya keluar dari arah laut". Tiba-tiba jin dari kejauhan datang dari arah laut, tiba-tiba juga laki-laki itu berteriak :
"وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِب"
Setelah ayat itu dibaca, tiba-tiba ada api yang menyambar jin kemudian ia terbakar lari dan tidak kembali. Lalu si perempuan berkata, "Mas, saya sudah mengitari pulau ini dan tidak ada orang sama sekali, nah ketika saya mengitari pulau ini saya menemukan sesuatu, ayo Mas, saya antarkan ke tempat itu".
Kemudian di satu tempat di pulau itu, keduanya menemukan intan, emas, dan banyak harta karun. Sepertinya itulah harta yang ditunggu oleh jinnya. Dua orang ini akhirnya mencari bala bantuan sampai akhirnya ada kapal yang mendekat dan membawa seluruh harta karunnya. Inilah diantara asababun nuzul dan keutamaan dari ayat :
"وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِب"
Berkaitan dengan ketakwaan, betapa ketakwaan itu bisa menurun dan dapat menurunkan keturunan yang luar biasa. Sahabar Umar bin Khatab RA ketika menjadi khalifah, beliau berjuluk "Amirul al-Mu'minin", karena yang pertama kali mendapat julukan Amirul Mukminin adalah sahabat Umar bin Khatab. Sudah merupakan kebiadaan Sayidina Umar setiap malam beliau ronda dan keliling ke rumah-rumah untuk mengetahui apakah ada dari rakyatnya yang terlewat dalam hal santunan dan pelayanan.
Suatu ketika beliau menjumpai satu rumah yang masih menyala. Lalu dibalik batu rumah itu Sayidina Umar mendengar percakapan antara dua perempuan. Satu suara perempuan yang masih muda dan yang satu suara perempuan yang sudah tua.
Ternyata, yang punya rumah adalah orang yang memiliki usaha berjualan susu kambing. Pada hari itu ada banyak pesanan sehingga produksinya tidak mencukupi untuk memenuhi banyaknya pesanan karena semua pesanan diterima.
Karena produksi susunya tidak mencukupi untuk memenuhi pesanan yang banyak, terpikir oleh ibunya untuk menambahkan air pada susu. Ketika air akan ditambahkan sang anak perempuab berkata, "Buk, produksi kita itu dasarnya adalah kepercayaan, orang-orang yang memesan kepada kita telah percaya bahwa produksi susu kita berkualitas, kalau sampai malam ini kepercayaan mereka dikhianati lantas bagaimana besok?".
Ibunya berkata, "Nak, satu kali ini saja, mereka tidak akan tahu, besok tidak usah kita ulangi lagi!". Anaknya menjawab, "nggak bisa Buk, karena biasanya kalau sudah tahu enaknya pasti keterusan". Ibunya berkata lagi, "enggak apa-apa Nak, mereka tidak akan tahu".
Kebohongan satu kali akan menyeret kepada kebohongan-kebohongan yang lain. Akan bertambah tidak jujurnya. Begitu orang tahu jalan untuk berkhianat, dia akan ketagihan. Begitu juga korupsi. Bisanya kalau sudah menemukan enaknya akan keterusan. Semua dimulai dari yang pertama. Apabila yang pertama dilakukan, akan ada yang kedua, yang ketiga dan seterusnya. Oleh karena itu, jujur merupakan perkara yang sangat mahal. Apalagi zaman sekarang.
Tiba-tiba anaknya berkata, "Ya sudah Buk, kalau mereka pelanggan-pelanggan Ibu tidak tahu, tapi kalau Sayidina Umar tahu, Ibu dalam bahaya, bisa-bisa Ibu dihukum karena ini". Ibunya berkata lagi, "Tidak mungkin Nak, malam-malam begini Sayidina Umar pasti sudah tidur di istananya". Rupanya anak pedagang susu ini telah mengetahui bahwa Sayidina Umar adalah pemimpin yang adil sampai beliau dijuluki al-Faruq, orang yang benar-benar menjaga antara yang haq dan yang bathil. Bahkan pernah ketika putranya sendiri, Ubaidillah melakukan kesalahan "zina", karena dibujuk oleh orang musrik minum khomr, dan mabuk lalu memperkosa seorang perempuan sampai hamil, dihukum sendiri oleh Sayidina Umar sampai berakibat kematian pada putranya. Salah satu ciri pemimpin yang adil adalah apabila hukum ditegakan dengan sempurna dan tatanan negara menjadi tentram.
Tiba-tiba anaknya berkata, "Buk, kalau Sayidina Umar tidak tahu karena tidur, tapi Allah tidak tidur, Allah maha tahu Buk, Itaqillah Buk". Kemudian Sayidina Umar kembali ke istana dan menawarkan kepada putra-putranya, siapa yang mau dinikahkan dengan perempuan anak dari pedagang susu. Ada satu putra Sayidina Umar yang mau, ditanya oleh Sayidina Umar, "Kalau tidak cantik tidak apa-apa?". Putranya menjawab, "Tidak apa-apa". Pertanyaan ini dilontarkan karena Sayidina Umar belum tahu wajahnya, hanya mendengar suaranya dan mengetahui ketakwaannya.
Paginya perempuan pedagang susu dan anaknya didatangi kholifah, dan anaknya diambil menantu. Dari rahim perempuan anak pedagang susu ini, lahir orang besar yang bernasab cucu yang bernama Umar bin Abdul Aziz, ini karena neneknya adalah perempuan yang jujur, wirai, zuhud, dan bertakwa kepada Allah.
Sekelas Sayidna Umar, seorang Khalifah yang mampu menaklukan Romawi, Eropa dan Persia, sampai raja-raja tidak percaya bahwa yang dia lihat adalah Khalifah Umar saking sederhananya. Dengan kekuasaan yang begitu besar, Beliau mencari mantu yang tidak glamor, dan nasabnya tinggi, yang beliau cari adalah menantu yang :
إن أكرمكم عند الله أتقاكم
Harusnya mencari istri juga seperti itu, tidak nasabnya, harta dan kecantikannya semata-mata, tapi juga ketakwaanya.
2. Haknya Hamba Terhadap Dirinya Sendiri
واتبع السيئة الحسنة تمحها
Susulah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya kebaikan akan mengalahkan keburukan. Manusia selain Nabi, tidak ada yang tidak pernah melakukan kesalahan. Hanya nabi saja yang maksum, para wali juga tidak maksum tapi mahfud. Pengertian Maksum adalah tidak pernah melakukan dosa, tidak dimulai ketika menjadi nabi, bahkan mulai bayi, para nabi telah maksum.
Contoh terdekat bahwa para nabi maksum adalah Nabi Muhammad yang lahir pada zaman Kafir Jahiliyah dengan sesembahan berhalanya sebanyak 360 patung mengelilingi Ka'bah. Sebelum beliau menjadi Nabi dengan datangnya Jibril dan wahyu, beliau tidak pernah menybah berhala. Padahal menurut analisa sosial seharusnya beliau ikut menyembah berhala. Oleh karena itu setiap Ramadan Nabi memiliki kebiasaan uzlah (menyendiri) di Gua Hira.
Pada saat itu beliau belum diangkat menjadi rasul, uzlahnya nabi tidak menjauh dari Ka'bah tapi mendekat dengan Ka'bah, karena Gua Hira yang dibuat uzlah nabi merupakan lobang kecil di atas bukit bebatuan vertikal yang apabila melihat ke bawah lurus, langsung terlihat Ka'bah. Kita bisa bayangkan bagaimana susah payahnya Sayidah Khadijah berjuang setiap hari mengantarkan makanan dengan mendaki gunung babatuan yang vertikal ke gua hira. Padahal Sayidah Khadijah adalah orang kaya yang memiliki banyak budak, untuk berbakti kepada suami beliau yang berusia 50 tahun ke atas, tidak menyerahkan urusannya kepada budak. Begitulah pengabdian beliau sehingga tidak bisa dibandingkan dengan siapapun, sampai Allah hanya menakdirkan keturunan Nabi Muhammad hanya dari rahim Sayidah Khadijah. Tahun sepeninggal Sayidah Khadijah Nabi menyebutnya sebagai "Ammul Khuzni" (tahun kesedihan). Ketika nabi telah memiliki banyak istri beliau masih kangen dengan Sayidah Khadijah sampai Sayidah Aisyah cemburu.
Contoh para nabi maksum yang ekstrem seperti Nabi Musa yang dibesarkan oleh Firaun, tapi Nabi Musa steril dari Firaun, walaupun kanan-kirinya adalah kemungkaran. Sampai ketika beliau masih kecil akan minum arak, tangannya diarahkan oleh Malaikat Jibril mengambil bara api. Ini juga karena Nabi Musa maksum, nah selain nabi tidak ada yang maksum.
Oleh karena itu, selain nabi pasti memiliki kesalahan, tapi selain kesalahan dapat menjadikan seseorang menjadi hina, tapi terkadang juga bisa mengangkat derajat manusia. Sekelas Sunan Kalijaga masa lalunya adalah seorang perampok, sekelas Dzinun Al Misri juga seorang perampok, tapi orang mukmin seharusnya menjadikan kesalahan sebagai wasilah batu loncatan mendekat kepada Allah. Oleh karena itu, Ibnu Athoillah al-Syakandari berkata :
"Kemaksiatan yang menjadikan seorang merasa hina dan butuh kepada Allah, lebih baik daripada ketaatan, yang menjadikan seorang hamba menjadi takabur".
Jadi, terkadang masalah menjadi berkah, oleh karena itu, pandangan ulama ahli sunah wal jamaah yang memiliki kedalaman ilmu tidak mudah untuk berperasangka buruk dan tidak gampang mengkafirkan seseorang.
Mbah Yai Maimun Zubair, pernah disowani oleh santrinya yang mengekuh karena di desanya banyak anak muda yang nakal. Karena ketika dia merasa ketika nyantri pernah mendalami ilmu kanuragan, kemudian dia matur, "Mbah Yai, bagaimana kalau anak-anak muda itu saya obrak-abrik, insyaAllah saya sanggup!". Mbah Yai Maimon Zubair dawuh, "Ojo!, kamu buatlah pengajian, diantara mereka yang mau mengaji terimalah, kalau bapaknya tidak mau, mungkin anaknya yang mau mengaji". Inilah, thoriqah perjuangan kiai-kiai sepuh. Ini seperti ketika Nabi dilempari batu di Thoif, Malaikat menawarkan untuk menghancurkan Thoif, tapi Nabi menolak dan berkata, "Jangan, mungkin dari sulbi mereka akan keluar dzuriyah yang bersaksi tiada tuhan selain Allah dan atas kerasulanku".
Begitulah cara dakwah nabi dan para kiai yang jangka panjang dan berorientasi pada masa depan, karena apabila nahi mungkar dilakukan dengan cara yang mungkar hanya akan menghasilkan dendam dan kemarahan, dan itu tidak akan selesai. Selain itu Ulama sepuh paham bahwa seseorang yang tidak baik sekarang, belum tentu tidak baik di masa depan. Bahkan bisa lebih baik dari yang biasa-biasa saja. Kenyataannya banyak para wali yang masa lalunya adalah penjahat. Syaratnya adalah :
واتبع السيئة الحسنة تمحها
Caranya adalah dengan bertaubat kepada Allah, syaratnya (1) meminta ampun kepada Allah, (2) menghentikan kemaksiatan yang dilakukan, (3) bertekad menghentikan kemaksiatan dimasa yang akan datang. Apabila hubungannya dengan hak adami maka ditambah (4) menyelesaikan hak adaminya, dengan meminta maaf, atau minta halal, apabila tidak dihalalkan harus mengembalikan apabila berupa harta.
Nah, untuk tahu taubatnya diterima, biasanya yang dilakukan adalah perkara yang baik-baik karena ingin menutupi keburukannya. Malah yang baik adalah anatara khasanahnya (kebaikannya) equal (seimbang/ sejenis)'dengan Sayiahnya (keburukannya). Contohnya apabila dulu sering meninggalkan shalat, maka harus diaadla semanpunya, selalin diqadla semampunya juga diperbanyak melakukan shalat sunah. Apabila dulu sering tidak puasa, diqadla dan ditutup dengan puasa sunah. Atau dulu semasa mudanya suka mencuri ote-ote, makan tiga bayar satu, caranya bagaimana untuk membayar?. Tidak usah dibayar tapi shaqahlah yang banyak karena :
واتبع السيئة الحسنة تمحها
Equal itu seimbang, kalau mencuri ya jangan diganti dengan shalat, yang equal ya dengan shadaqah. Kalau dulu suka mengganggu orang harusnya setelah bertaubat adalah berbuat baik kepada sesama.
3. Bergaul dengan Orang Laing dengan Akhlaq yang Baik
وخالق الناس بخلق حسن
Nabi berhasil di dalam berdakwah, kuncinya adalah akhlaq. Oleh karena itu nabi juga bersabda :
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Sekarang akhlaq menjadi hal yang mahal dan langka. Seharusnya Akhlaq menjadi prioritas dan bukan ilmu. Meskipun Ilmu memiliki banyak keutamaan, tapi menjadi tidak sempurna tanpa akhlaq. Pertanyaannya lebih utama mana ilmu dengan akhlaq?.
Sejatinya akhlaq lebih diutamakan daripada ilmu, bahkan, perintah nabi saja, para sahabat lebih mengutamkan akhlaq. Ada beberapa contoh, nabi pernah memerintahkan kepada para sahabat agar beliau jangan dihormati selayaknya raja dengan berdiri ketika beliau datang, tapi begitu pada suatu ketika nabi datang, para sahabat tetap berdiri, dan perintah nabi dilanggar karena para sahabat mengutamakan akhlaq.
Seorang Abu Bakar malah berani melanggar perintah nabi, demi untuk berakhlaq kepada nabi. Ceritanya, ketika nabi sakit, nabi memerintahkan Sayidina Abu Bakar menjadi imam salat. Di tengah-tengah Sayidina Abu Bakar menjadi imam, nabi datang dipapah Sayidina Ali untuk ikut shalat jamaah. Sepanjang hidup nabi, tidak pernah meninggalkan shalat jamaah di masjid kecuali ketika sakit menjelang kewafatan beliau.
Ketika Abu Bakar tahu Nabi datang dan akan menjadi makmum, Sayidina Abu Bakar bersiap untuk mundur dari pengimaman, nabi dawuh, "Teruskan, jangan mundur kamu yang jadi imam". Sudah diperintah oleh nabi untuk meneruskan tapi Sayidina Abu Bakar tetap mundur. Inilah contoh akhlaq, beliau mendahulukan akhlaq daripada perintah.
Keberhasilan nabi dalam berdakwah karena akhlaqnya juga dibuktikan dengan cerita semasa hidup beliau yang setiap hari menyuapi makan bubur dengan suapan yang halus kepada seorang pengemis buta non muslim. Walaupun pengemis buta tersebut, selalu mengumpat tentang nabi, nabi tidak marah, justru setiap hari tetap dilayani dengan halus, setelah nabi wafat, kebiasaan ini diteruskan oleh Sayidina Abu Bakar, pengemis buta non muslim marah karena cara menyuapi Abu Bakar yang terlalu kasar. Padahal yang menyuapinya adalah orang yang setiap hari diumpat.
Oleh karena itu banyak sekali keterangan yang mengunggulkan akhlaq dibandingkan ilmu. Bahkan amal saleh pun lebih utama akhlaq. Tapi sekarang akhlaq menjadi hal yang langka dan mahal. Abdurahman Ibnu Qasim Ibnu Khalid al-Utaqi al-Misri, murid dari Imam Malik berkata, "Aku pernah nyantri kepada Imam Malik 20 tahun, selama 2 tahun aku diajarkan ilmu, dan selama 18 tahun, aku diajari tentang adab/ akhlaq". Yang seperti itu saja, ketika beliau boyong, beliau masih menyesal kenapa tidak seluruh waktunya dijadikan untuk belajar adab. Sampai beliau mengungkapkan, "Andaikan waktu 20 tahun seluruhnya dipakai untuk belajar adab saya lebih puas". Di dalam Alquran dijelaskan :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Yang pertama Allah memerintahkan para nabinya untuk :
1. Membacakan ayat-ayat Allah
2. Mengajarkan tentang akhlaq
3. Mengajarkan Ilmu dan hikmah
Oleh karena itu, kiai-kiai sepuh apabila mendidik putra-putranya tidak begitu disibukan dengan edukasi anak-anaknya di bidang pengetahuan. Yang pertama ditanamkan oleh para kiai justru adalah akhlaq. Sangat beruntung bagi orang tua yang memiliki kesempatan mengajarkan anak-anaknya untuk berbahasa Jawa karena dalam bahasa Jawa mengandung etika yang tinggi. Di dalam bahasa Jawa juga terdapat strata atau tingkatan bahasa. Bukan berarti yang tidak berbahasa Jawa tidak memiliki etika, tapi mengajarkan bahasa Jawa lebih mudah jika anaknya bisa berbahasa jawa kromo.
Di Lirboyo ada Kiai Idris Marzuqi yang selalu menyerukan kepada santri-santri menjelang pulang untuk berdialog dengan orang tua dengan menggunakan bahasa kromo inggil. Orang kalau selalu menggunakan kromo inggil susah untuk marah. Ada taman saya (KH. Mohammad Idris Djamaluddin) yang punya sifat pemarah seperti sifat bapak dan mbahnya, untungnya mereka sejak kecil diajari untuk berbahasa jawa kromo inggil sehingga ketika saling marah menjadi tidak pantas.
Akhlaq juga sangat ditekankan oleh Abbah (Kiai Mohammad Djamaluddin Ahmad) kepada saya. Beliau tidak begitu memusingkan tentang nilai akademis tapi yang didahulukan adalah akhlaq. Pernah ketika saya masih mondok, saya hampir saja tidak naik kelas istilahnya naik tapi mualaq (gantungan). Abah bertanya, "Mualaq iku opo Le?". Saya jawab, "Mualaq niku nggeh naik kelas tapi gantungan, nanti dalam satu semester di evaluasi bisa tetap naik atau turun kembali". Abah berkata, "Owalah Le, tidak naik sekalian tidak apa-apa, biar tambah hapal!". Beliau tidak marah atau duko padahal saya hampir saja tidaj naik kelas.
Berbeda, apabila menyangkut akhlaq, Abbah mewajibkan saya, apabila pulang untuk sowan kiai, walaupun di pondok saya, pulang dengan sowan Kiai itu bukanlah suatu tradisi. Nah, caranya biar mudah izin kiai ya pada saat kiai setelah shalat jamaah, kemudian izin. Kiai Idris Marzuqi Lirboyo itu kalau dengan santrinya "boso" dengan kromo inggil, selain itu intonasi yang beliau gunakan lebih lirih, prinsip beliau adalah bukan kamu yang butuh aku, tapi aku yang butuh kamu, karena apabila tidak kamu semua, aku tidak bisa mengamalkan ilmu, sehingga sifat beliau adalah "melayani" bukan "dilayani".
Nah, suatu ketika saya pulang tidak sowan kiai, biasanya Abbah tidak pernah tanya ketika saya pamit kiai, lah ketika pas tidak pamit Abah kok ditanya. Saya turun dari becak, Abbah keluar dari kelas Mualimin, kemudian sungkem. Beliau bertanya, "Pulang?". Saya jawab, "enggeh". Abah tanya lagi, "Ono opo?". Saya jawab, "Kangeen". Lalu beliau berlalu dengan membawa kitab akan masuk ndalem. Sebelum masuk ndalem, sejurus kemudian beliau membalikkan badan, dan bertanya kepada saya, "Heh, sik, sik, tak takoki, sowan kiai ta ta ora?". (Biasanya nggak pernah bertanya kok tiba-tiba bertanya, dan pas ketika saya tidak sowan). Lalu saya jawab, "Mboten Abbah". Abbah dawuh, "Piye kok gak sowan Kiai, Suuuuf, Yusuuuuf, iki Idris terno neng pondok sowano Kiaine". (memanggil santri asal Gresik namanya Yusuf Ali), padahal pada saat itu saya belum masuk rumah. Abah dawuh, "sudah enggak usah menemui ibuk dulu, pulang ke kediri (lirboyo) dulu". Di tengah jalan saya nelangsa menangis karena seperti anak yang dibuang, tapi kemudian saya sadar ya begitulah menanamkan akhlaq kepada anak. Kalau soal prestasi beliau tidak begitu memikirkan tapi kalau soal akhlaq, saya langsung disuruh kembali, langsung diperintah untuk sowan, saat itu juga diantar oleh ketua pondok saat itu. Ternyata akhlaq lah yang lebih penting daripada ilmu. Jika orang memegangi akhlaq, sedikit ilmu akan menjalar menjadi banyak. Mari sekarang untuk memprioritaskan akhlaq sebagai tujuan pendidikan.
Dulu saya ketika di pondok juga berpuasa, suatu ketika puasa dan disambang oleh Abbah. Kemudian diajak sowan kira-kira jam 17.00 sudah hampir buka. Lalu disuguhi oleh Kiai tidak saya minum karena puasa. Ketika kiai masuk ke dalam, Abbah bertanya, "kok tidak diminum?". Abbah dawuh, "Pahalamu minum ini, lebih besar daripada kamu meneruskan puasamu, diaturi Kiai kok tidak diminum untuk membahagiakan hati kiai, puasamu belum tentu diganjar oleh Allah". Langsung saya minum, rasanya pahit, karena tinggal satu jam. Ini namanya akhlaq terkadang lebih baik dari amal shaleh.
Inilah pelajaran akhkaq yang mulai langka. Sampai di wisuda IAIBAFA Abbah bercerita pernah suatu ketika Nabi Yusuf tidak tatakrama dengan Nabi Ya'qub bapaknya, jadi ketika Nabi Ya'qub datang, Nabi Yusuf tidak berdiri menyambut kedatangan sang bapak.Akhirnya Allah tidak menjadikan keturunan Nabi Yusuf sebagai Nabi. Hanya karena satu kesalahan tidak adab terhadap orang tua. Semoga kita dapat menjaga adab dan akhlaq. Amin (*)
*Disarikan dari ngaji malam selasa oleh KH. Mohammad Idris Djamaluddin